“Bantu apa Ma?” jawabku
“Tolong antarkan kue bolu ini kerumah Nia!, mau
khan?” Tanya mama
“Waduh!!! Mati aku, rumah Nia
khan bersebelahan dengan rumah angker itu. Apalagi sekarang sudah malam
begini”. Pikirku.
“Iya mama, Bima antarkan kuenya” jawabku sedikit
ragu-ragu. “Tapi ditemani mas Erfan ya ma?” sambungku
“Lho, mas Erfan bukannya sedang pergi ke rumah
temannya” jawab mama
Terpaksa aku berangkat ke
tempat Nia sendiri.
“Oh ….. iya, nanti
pulangnya minta antarkan Nia saja” pikirku dalam hati.
Akupun berangkat kerumah Nia seorang diri. Sepanjang
jalan aku terus saja berdo’a sampai akhirnya aku sampai dirumah Nia
dengan selamat. Tapi rasa tidak enak masih saja menghampiriku.
“Assalamu’alaikum……… Nia, ini aku Bima” kataku
“Waalaikumsalam, Oh…….. Bima, ada apa, koq tumben
kamu malam-malam mau kerumahku?” Tanya Nia sedikit menyindir.
“Ini ada kue bolu dari mama”. Aku menyerahkan kue
bolu kepada Nia, kemudian kami berbincang-bincang sebentar. Kemudian aku
pamit pulang. Untungnya tanpa kuminta Nia mau mengantarku pulang.
“Nia, tolong antarkan sebagian kue ini ke rumah
sebelah ya?” kata mama Nia.
“Iya
ma……. Sekalian Nia mau mengantar Bima pulang” Jawab Nia
“Waduh…….. gawat nich!!!!” pikirku
Beberapa saat kemudian aku dan Nia sudah sampai di
depan rumah angker. Rumahnya sangat besar, di halamannya terdapat dua
buah pohon rambutan yang sangat besar.
“Ayo
Bim, kita masuk. Tidak perlu takut, ada aku koq” kata Nia mengejek
“Enggak, aku tidak ikut masuk, aku tunggu kamu
disini saja, tapi kamu jangan lama-lama ya?” jawabku.
“Baiklah, aku masuk dulu ya, kamu benar-benar tidak
mau ikut masuk?” tanya Nia lagi.
“Iya….,
aku tidak ikut!” Jawabku ketus.
Nia
akhirnya masuk kerumah angker itu sendiri. Segala bayangan mengerikan
langsung terpikir olehku. Aku langsung bergidik ngeri, bulu kudukku
merinding. Beberapa saat, Nia tidak juga keluar dari dalam rumah, aku
jadi khawatir.
“Aku harus bagaimana?
Jangan-jangan Nia dimakan hantu penunggu rumah itu….. Mama Nia juga
aneh, masa rumah kosong koq dikasih kue bolu? Apa buat sesajen ya?”
pikiranku jadi kacau.
Akhirnya kau memutuskan
untuk menyusul Nia. Baru sampai diambang pintu, aku menghentikan
langkahku. Tapi demi sahabatku Nia aku tetap masuk. Saat baru masuk,
tiba-tiba pintunya tertutup sendiri.
“Huwaaaa……
ada hantu yang menutup pintu!” aku lalu berteriak ketakutan.
“Ah…. Cuma angin lewat” pikirku.
Beberapa langkah memasuki rumah aku melihat sesosok
bayangan putih. Aku langsung mengucapkan do’a. saat berjalan lebih jauh
kedalam rumah sosok putih tadi semakin jelas terlihat. Sosok itu sedang
duduk di sofa sambil menangis.
“Nia
dimana ya?” tanyaku pada diri sendiri.
Aku
berjalan lagi, sosok itu berpaling kearahku, kulihat mukanya pucat.
“Hantu!!!! Hantu!!!! Hantu!!!!” aku berteriak
sambil berlari menuju ke sebuah ruangan. Di ruangan itu ada sebuah
ranjang, aku lalu bersembunyi dibawah ranjang itu.
“Hosh…. Hosh …… Hosh…..” aku terengah-engah.
“Bima….. jangan sembunyi” ada suara dari luar
ruangan.
Aku mengintip keluar. Hantu
tadi berjalan mundur, lalu aku mengikutinya. Hantu itu menyalakan lampu
ruang tengah, dan………
“Happy birthday
Bima!!!!!” seru orang-orang yang ada disitu.
“Lho Nia?...... jadi mama, Nia, mama Nia dan yang
lainnya kerja sama untuk ngerjain Bima ya? Mas Erfan koq ada disini?”
tanyaku
“Kamu pasti lupa kalau sekarang
kamu ulang tahun. Bukan ngerjain tapi memberi surprice, iya soalnya
mas Erfan yang merencanakan” jawab mama
“Bima,
selamat ulang tahun ya! Semoga tambah pintar dan tidak menjadi anak
yang penakut lagi” kata Nia
“Terima
kasih semuanya! Aku sampai terharu”
Kenangan
indah ini tak akan pernah aku lupakan.